archives

Archive for

Catatan seorang bujang

Kau tahu kawan, adalah sesuatu yang biasa dalam hidup ini prihal meninggalkan dan ditinggalkan. Sangat biasa. Akan tetapi kau harus sedikit mengerti bahwa semua yang biasa pada suatu momen perjalanan akan menjadi luar biasa. Bagi saya sebelum ini, ditinggalkan itu biasa sahaja, namun saat ini harus saya akui ditinggalkan adalah sangat menyakitkan, sedihnya bukan kepalang. Apalagi ditinggalkan karena mendengar petuah yang menyesatkan. Baca lebih lanjut

Derau

“Bukan maksudku berbagi nasib, nasib adalah kesunyian masing-masing…” (Chairil Anwar)

Hari pertama

Sambil terburu-buru, ia menata semua barang miliknya  untuk diselinapkan ke dalam tas, “Maaf, Aku tak bisa melanjutkan…” Ujarnya masih dengan bara di mata. Entah apa yang menyebabkan bara itu kembali menyala mirip seperti setahun sebelum ini. Ia berlalu, diam membisu tanpa mengucap sepatah kata pada saya. Derik pintu menutup, satu-satunya salam penutup. Yang tertinggal hanya nyeri di kepala.

Sungguh, nyeri ini bukan disebabkan karena dilempar benda tumpul semacam botol minuman plastik kosong, bukan pula karena dilempar secara ganda. Tepat di wajah ataupun hampir di wajah karena tertangkis dengan sempurna.

Nyeri ini hanya efek samping kehilangan logika deduktif: analisis situasi, analisis masalah, kesimpulan dan penyelesaian. Mudah saja, semua ini terjadi karena begitu tiba-tiba. Tak terduga.

Baca lebih lanjut

#2 Bukan saya

“Obsesif? Bukan, hanya penasaran.”

Ssssttt… ketika membaca catatan ini. Saya harap dia tak tahu bahwa kau telah membacanya. Agak ganjil memang menjelaskan hal ini tapi saya yakin engkau kan mengerti jika telah mengkhatamkannya. Semudah itu.

Baiklah, jika selesai membaca catatan yang saya manipulasi ini. Mari kita duduk, minum es teh manis bersama. Tentunya bersetatap, mengingat-ingat, menimbang-nimbang, dan memutuskan dalam kelegaan yang tak biasa.

Baca lebih lanjut