Ia kembali terbangun dari mimpi buruknya. Dalam mimpinya itu, ia menyandang ransel memasuki gerbang sekolah dengan jantung yang berdegub kencang. Ia tak begitu sempat memperhatikan daun-daun yang berserak di halaman kelas yang ia lewati, awan mendung yang berarak di atas kepalanya, rerumputan basah yang menyapu celana bagian bawahnya, dan angin musim hujan yang menggigilkan sekujur tubuhnya. Baca lebih lanjut
Melayu adalah korban keangkuhan manusia-manusia yang malas menginsafi: Memandang sesuatu pada titik pandang searah. Tanpa mau menyebur, menyelam, bersalaman, mengenal dengan dekat. Begitulah, hingga timbul salah kaprah budaya, semacam stereotip negatif yang berkembang di kepala masyarakat bahwa Melayu adalah bangsa yang malas, lamban, cepat puas, dan tidak punya ekspektasi akan masa depan[1].
Saya bernyanyi dan menyadari bebunyian yang keluar bak dengungan lebah walau kadang-kadang nada yang dihasilkan meleset jauh dari harapan. Saya bercermin dan melihat kebotakan dini hingga jidat semakin lebar, terbayang landasan pesawat terbang untuk mendarat. Saya membaca lowongan pekerjaan pembaca berita televisi dan pura-pura alpa tubuh yang berdiri tegak tidak cukup mumpuni mencapai hingga 170 cm. Baca lebih lanjut
/I
Aku membaca setiap gurat kisahmu di laman yang kau bingkai sedemikian indahnya. Tema yang kau gunakan selalu becorak ceria, sebahagia ketika aku menatapnya lama-lama. Tiap hari, tiap pekan, tiap luna yang berganti, kisah-kisahmu jualah yang selalu kutunggu dengan tergesa. Baca lebih lanjut
Saya kira sudah lama tidak membicarakan hal-hal yang manusiawi di blog yang saya cintai ini. Â Bayangkan hampir 90 % tulisan disini kata sebagian orang yang membacanya, tak faham apa isinya, siapa si aku dan si aku sedang membicarakan siapa dan sebagian pembaca yang budiman ini menyimpulkan tulisan saya jelek. Baca lebih lanjut
Rosida. Mungkin iya aku senang sekarang mendapatkanmu seutuhnya tanpa sebatas wacana bertahun lamanya. Mungkin benar aku hanya ingin memilikimu tanpa tahu kau diciptakan pada awalnya untuk siapa. Mungkin saja aku terobsesi padamu sejak dahulu kala. Walau kalimat terakhir aku sedang berdusta. Baca lebih lanjut
Namanya Djoni. De, je, en dan i. De-jo-ni. Dengan D kapital. Tubuhnya gempal karena makannya lahap dan rajin tidur siang. Ketika ia tidur siang tak ada yang bisa membangunkannya kecuali bebauan masakan ibuku. Baca lebih lanjut
Dayang
Saat ini aku berpikir tanpa memandang apapun di dunia. Hanya diriku dan dirimu. Lekuk wajahmu yang teduh, mata yang pijar, senyum yang merekah. Kau tau adinda, ketika tergelak matamu akan tertutup setengah, alis kananmu pun kan turun lebih merendah dan geligi tersembul rapi dengan semburat kemerahan di pipimu. Aih, surga di depan mata. Baca lebih lanjut
Suara-suara di kepala saya saat ini tak tertahankan. Mereka menjalang, saling mendebat tak mau kalah. Uh, bagaimana bisa memejamkan mata jika mereka terus saja mengoceh dan tak ingin diganggu. Kejamnya, saya hanya menjadi pendengar yang budiman. Baca lebih lanjut
Ini tentang kau yang datang dalam mimpi burukku. Datang dengan senyum yang biasa, menyapaku dengan lambaian tangan yang biasa pula. Aku mundur selangkah, tak percaya itu engkau wahai awan mendung. Tak biasa. Baca lebih lanjut
Saya pikir setiap lelaki di dunia yang masih berniat menjadi lelaki, sedurjana-durjananya punya keinginan menjadi seorang ayah. Ya, ayah. Termasuk saya, walaupun saya berencana untuk tetap membujang. Baca lebih lanjut
Setiap insan yang bernyawa tentunya punya pandangan yang berbeda dalam memaknai hari jadi. Sebagian berpendapat hari jadi adalah hari yang mengerikan: kulit mulai keriput, rematik mulai menyerang tulang belakang, pandangan mulai mengabur, gerogi tiap saat (gemetaran :mrgreen:). Jika ini dilanjutkan, titik klimaksnya adalah bertambah dekatnya dengan kematian. Titik. Baca lebih lanjut
Air dalam gelas itu menguap, pertanda masih panas. Ia menyapih segumpal daun kering yang terkemas, mengaduk pelan bersama kristal kecil hingga melarut. Perlahan, warna menjadi pekat. Baca lebih lanjut
Dan Katapun Bersambut: